Selasa, 03 Juni 2014

kegawatdaruratan maternal neonatal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,  2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

1.2 Tujuan
1.      Mengetahui respon kegawatdaruratan cepat terhadap suatu kegawatdaruratan.
2.      Mengetahui penanganan dasar kegawatdaruratan.
3.      Mengetahui Penanganan awal kegawatdaruratan.
4.      Mengetahui Prinsip pencegahan, penentuan dan penanganan syok.
5.       Mengetahui Penanganan lanjut kegawatdaruratan.









BAB II
PEMBAHASAN


a.    Respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan.

Jika seorang ibu usia subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat kondisinya untuk menetapkan derajat kesakitannya.
              
Tabel.1
Kaji
Tanda bahaya
Pertimbangan
Jalan napas dan
Pernapasan
Perhatikan adanya :
·         Sianosis (kebiruan)
·         Distress (pernapasan)
Periksa :
·         Kulit : pucat
·         Paru-paru : ronchi dan wheezing
·         Anemia berat
·         Gagal jantung
·         Pneumonia
·         Asma
Sirkulasi (tanda syok)
Periksa :
·         kulit: dingin dan lembab
·         denyut nadi : cepat(110 atau lebih) dan lemah
·         tekanan darah : rendah (sistolik kurang dari 90mmHg)
Syok
Perdarahan pervaginam (pada awal atau akhir kehamilan)
Tanyakan apakah :
·         hamil; usia kehamilan
·         baru saja melahirkan
·         plasenta dilahirkan
Periksa :
·         vulva: banyaknya perdarahan, retensi plasenta, robekan yang nyata
·         uterus : atonia
·         kandung kemih ; penuh
Pada tahap ini jangan lakukan periksa dalam
·         aborsi
·         kehamilan ektopik
·         kehamilan mola
·         absurpsio plasenta
·         ruptur uterus
·         plasenta previa
·         atonia uterus
·         robekan serviks dan vagina
·         retensio plasenta
·         inversi uterus
Tidak sadar atau konvulsi
Tanyakan apakah :
·         hamil; usia kehamilan
Periksa :
·         tekanan darah; tinggi(diastolik 90 mmHg atau lebih)
·         suhu; 38ºC atau lebih
·         eklamsi
·         malaria
·         epilepsi
·         tetanus
Demam yang membahayakan
Tanyakan apakah :
·         lemah;letargi
·         berkemih sering dan nyeri
Periksa :
·         suhu; 38ºC atau lebih
·         tidak sadar
·         leher;kaku
·         paru-paru; pernapasan dangkal konsolidasi
·         abdomen : nyeri tekan hebat
·         vulva : rabas purulen
·         payudara ; nyeri tekan
·         infeksi saluran berkemih
·         malaria
·         metritis
·         abses pelvik
·         peritonitis
·         infeksi payudara
·         komplikasi aborsi
·         pneumonia
Nyeri abdomen
Tanyakan apakah :
·         hamil: usia kehamilan
Periksa :
·         tekanan darah rendah (sistolik 90 mmHg)
·         denyut nadi : cepat (110 atau lebih)
·         suhu; 38ºC atau lebih
·         uterus; status kehamilan
·         kista ovarium
·         apendistis
·         kehamilan ektopik
·         kemungkinan persalinan term atau preterm
·         amnionitis
·         absurpsio plasenta
·         ruptur uterus

b.   Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan
Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.
1.      Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
2.      Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.

3.      Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.
4.      Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,  hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.
5.      Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.



c.    Penanganan awal kegawatdaruratan

Dalam menatalaksanakan kegawatdaruratan :
1.      Tetap tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada kebutuhan ibu
2.      Jangan meninggalkan ibu sendirian
3.      Laksanakan tanggung jawab hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab.
4.      Berteriak minta bantuan. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan kesediaan barang kegawatdaruratan (misal:tabung oksigen, dan alat kegawatdaruratan lainnya)
5.      Jika ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan sirkulasinya.
6.      Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi walaupun tidak ada tanda syok, tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu lebih lanjut karna statusnya dapat memburuk dengan cepat.
7.      Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya. Longgarkan pakaian yang ketat.
8.      Bicara pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang terjadi dan gejala yang dialami.
9.      Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan TTV dan warna kulit.

d.   Penanganan lanjut kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan
a.       Pastikan jalan napas bebas
b.      Pemberian oksigen
c.       Pemberian cairan intravena
d.      Pemberian tranfusi darah
e.       Pasang kateter kandung kemih
f.       Pemberian antibiotika
g.      Obat pengurang rasa nyeri
h.      Penanganan masalah utama
i.        Rujukan    

e.    Prinsip pencegahan, penentuan dan penanganan syok.
A.       DEFINISI SYOK
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.

B.       DIAGNOSIS
1.    Gelisah, bingung, penurunan kesadaran
2.    Nadi >100 kali/menit, lemah
3.    Tekanan darah sistolik <90 mmHg
4.    Pucat
5.    Kulit dingin dan lembab
6.    Pernapasan >30 kali/menit
7.      Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk air kemih.Jumlah urin <30 ml/jam
8.      Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
9.      Nyeri dada
10.  Linglung
11.  Pusing
12.  Pingsan

C.       FAKTOR PREDISPOSISI
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
1.    Perdarahan pada kehamilan muda
2.    Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
3.    Perdarahan pascasalin
4.    Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
5.    Kejadian trauma
6.    Gagal jantung

D.       ETIOLOGI SYOK

1.      Dehidrasi (syok hipovolemik)
2.      Serangan jantung (syok kardiogenik)
3.      Gagal jantung (syok kardiogenik)
4.      Trauma atau cedera berat
5.      Infeksi (syok septik)
6.      Reaksi alergi (syok anafilaktik)
7.      Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
8.      Sindroma syok toksik.

E.        JENIS SYOK

·         Syok hipovolemik
Disebabakan oleh penurunan volume darah yang terjadi secara langsung karena pendarahan hebat atau tidak langsung karena pendarahan hebat atau tidak langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma misalnya diare berat, pengeluaran urin atau keringat berlebihan
·         Syok kardiogenik
Disebabkan oleh kegagalan jantung yang  melemah unutk memompa darah secara kuat
·         Syok vasogenik
Disebabkan oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan oleh zat-zat vasolidator dan diantaranya terbagi menjadi 2 yaitu :
1.         Syok septik ditimbulkan oleh vasodilatasi luas yang dikeluarkan oleh penyebab infeksi atau kuman
2.         Syok anafilaktik disebabkan oleh pengeluaran histamin pada reaksi alergi hebat
·         Syok neurogenik
Disebabkan nyeri hebat dan dalam dimana tonis vaskuler simpatis yang hilang sehingga menyebabkan vasodilatasi umum

F.        PATOFISIOLOGI SYOK

Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.

G.       FASE SYOK
Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadapa perdarahan 500-1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
1. Fase Kompensasi
Rangsangan/reflex simpatis: Respon pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital
gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.
2. Fase Dekompensasi
Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena factor-faktor yang ada
Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok diatas
Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping
3. Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kenatian jaringan dengan akibat berikut:
·       Asidosis metabolik: disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen
·       Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam jaringan ekstravaskular
·       Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan yang rusak
·       Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner
·       Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak cukup adekuat lagi dan jika penyembuhan dari fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul


H. DERAJAT SYOK
1.    Syok Ringan: Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.

2.    Syok Sedang: Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.

3.    Syok Berat: Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

H.      KOMPLIKASI SYOK
1.    Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.
2.    Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
3.    DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

I.            PEMERIKSAAN PENUNJANG SYOK

1.      Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2.      Analisa gas darah
3.      EKG

 J.      PENATALAKSANAAN SYOK

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi. Penanganannya meliputi:
a. Tatalaksana Umum
1.      Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2.      Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3.      Miringkan ibu ke kiri.
4.      Hangatkan ibu.
5.      Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
6.      jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
7.      Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter
8.      dengan cepat (15-20 menit).
9.      Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
10.  Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).

WASPADAI KEMUNGKINAN SYOK KARDIOGENIK! Pada syok
kardiogenik, pemberian cairan berlebihan akan memperburuk
kondisi pasien (ditandai dengan ibu tampak makin sesak dan
frekuensi nadi yang makin cepat dibanding kondisi awal syok)

 
 








11.  Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara simultan (lihat tabel 3.2.1), kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
 3.2.1 Uraian gejala dan tanda berbagai tipe syok
TIPE SYOK PENYEBAB RESPON TERHADAP
P
Tipe Syok
Penyebab
Respon Terhadap Pemberian Cairan
Hipovolemik
- Perdarahan
- Muntah
- Diare
- Dehidrasi

Berespon
Kardiogenik
- Penyakit jantung iskemik
- Gangguan irama jantung berat memburuk
- Kelainan katup jantung

Tidak berespon atau kondisi
Distributif
- Syok sepsis
- Syok anafilaktik
- Syok neurogenik

Berespon
Obstruktif
- Tamponade jantung
- Pneumotoraks tension berespon

Dapat berespon atau tidak
EMBERIAN CAIRAN
12.  Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
13.  Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
Menghilangkan atau mengatasi penyebab syok.
               Khusus: Obat farmakologik: Tergantung penyebab syok, Vasopresor (kontraindikasi syok hipovolemik), dan Vasodilator

 K.      PENCEGAHAN SYOK

Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba mengobatinya. Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko terjadinya syok.
























PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



















DAFTAR PUSTAKA
WHO/RHR/00.7, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, Pamilih,S.Kep. Ns, Jakarta, 2005
Prawirahardjo, Sarwono.2008.”Ilmu Kebidanan”.dalam Saifudin, Abdul Bari dan tim,Ilmu Kebidanan, Jakarta,2010
Kerjasama WHO. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Bidan delima, BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU DI FASILITAS KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN,jakarta,2013




0 komentar:

Posting Komentar

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info