BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga
atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya
(Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi
serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa
(Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan
yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey,
& Phillip Steer, 1999).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui respon kegawatdaruratan
cepat terhadap suatu kegawatdaruratan.
2. Mengetahui penanganan dasar
kegawatdaruratan.
3. Mengetahui Penanganan awal
kegawatdaruratan.
4. Mengetahui
Prinsip pencegahan, penentuan dan penanganan syok.
5. Mengetahui Penanganan lanjut kegawatdaruratan.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Respon
cepat terhadap suatu kegawatdaruratan.
Jika seorang ibu usia
subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat kondisinya untuk menetapkan
derajat kesakitannya.
Tabel.1
Kaji
|
Tanda bahaya
|
Pertimbangan
|
Jalan napas dan
Pernapasan
|
Perhatikan
adanya :
·
Sianosis (kebiruan)
·
Distress (pernapasan)
Periksa
:
·
Kulit : pucat
·
Paru-paru : ronchi dan wheezing
|
·
Anemia berat
·
Gagal jantung
·
Pneumonia
·
Asma
|
Sirkulasi (tanda syok)
|
Periksa
:
·
kulit: dingin dan lembab
·
denyut nadi : cepat(110 atau lebih) dan lemah
·
tekanan darah : rendah (sistolik kurang dari
90mmHg)
|
Syok
|
Perdarahan pervaginam (pada awal atau
akhir kehamilan)
|
Tanyakan
apakah :
·
hamil; usia kehamilan
·
baru saja melahirkan
·
plasenta dilahirkan
Periksa
:
·
vulva: banyaknya perdarahan, retensi plasenta,
robekan yang nyata
·
uterus : atonia
·
kandung kemih ; penuh
Pada
tahap ini jangan lakukan periksa dalam
|
·
aborsi
·
kehamilan ektopik
·
kehamilan mola
·
absurpsio plasenta
·
ruptur uterus
·
plasenta previa
·
atonia uterus
·
robekan serviks dan vagina
·
retensio plasenta
·
inversi uterus
|
Tidak sadar atau konvulsi
|
Tanyakan
apakah :
·
hamil; usia kehamilan
Periksa
:
·
tekanan darah; tinggi(diastolik 90 mmHg atau
lebih)
·
suhu; 38ºC atau lebih
|
·
eklamsi
·
malaria
·
epilepsi
·
tetanus
|
Demam yang membahayakan
|
Tanyakan
apakah :
·
lemah;letargi
·
berkemih sering dan nyeri
Periksa
:
·
suhu; 38ºC atau lebih
·
tidak sadar
·
leher;kaku
·
paru-paru; pernapasan dangkal konsolidasi
·
abdomen : nyeri tekan hebat
·
vulva : rabas purulen
·
payudara ; nyeri tekan
|
·
infeksi saluran berkemih
·
malaria
·
metritis
·
abses pelvik
·
peritonitis
·
infeksi payudara
·
komplikasi aborsi
·
pneumonia
|
Nyeri abdomen
|
Tanyakan
apakah :
·
hamil: usia kehamilan
Periksa
:
·
tekanan darah rendah (sistolik 90 mmHg)
·
denyut nadi : cepat (110 atau lebih)
·
suhu; 38ºC atau lebih
·
uterus; status kehamilan
|
·
kista ovarium
·
apendistis
·
kehamilan ektopik
·
kemungkinan persalinan term atau preterm
·
amnionitis
·
absurpsio plasenta
·
ruptur uterus
|
b.
Prinsip
dasar penanganan kegawatdaruratan
Prinsip
Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat,
tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun
pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat,
dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan
cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan
menangani pasien harus tetap diperhatikan.
1.
Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat,
tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus
memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas,
ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang
mengalaminya.
2.
Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan
pengobatan setiap langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk
menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat
dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapo
prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu
diupayakan sesedikit mungkin.
3.
Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien
dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai
norma kultur setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus
menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan.
Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk
memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada
pasien sangatlah penting.
4.
Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan
informed consent, hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan
diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.
5.
Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh
karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan
senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien,
peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan,
keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat
dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas
kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed
consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.
c.
Penanganan
awal kegawatdaruratan
Dalam menatalaksanakan kegawatdaruratan
:
1. Tetap
tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada kebutuhan ibu
2. Jangan
meninggalkan ibu sendirian
3. Laksanakan
tanggung jawab hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain untuk bertanggung
jawab.
4. Berteriak
minta bantuan. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu orang lainnya
untuk mendapatkan peralatan dan kesediaan barang kegawatdaruratan (misal:tabung
oksigen, dan alat kegawatdaruratan lainnya)
5. Jika
ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan sirkulasinya.
6. Jika
dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi walaupun tidak ada tanda syok,
tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu lebih lanjut karna statusnya
dapat memburuk dengan cepat.
7. Atur
posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya. Longgarkan pakaian
yang ketat.
8. Bicara
pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang terjadi dan
gejala yang dialami.
9. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan TTV dan warna kulit.
d.
Penanganan
lanjut kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan
obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani
kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih
untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan
a. Pastikan
jalan napas bebas
b. Pemberian
oksigen
c. Pemberian
cairan intravena
d. Pemberian
tranfusi darah
e. Pasang
kateter kandung kemih
f. Pemberian
antibiotika
g. Obat
pengurang rasa nyeri
h. Penanganan
masalah utama
i. Rujukan
e.
Prinsip
pencegahan, penentuan dan penanganan syok.
A.
DEFINISI SYOK
Syok adalah kondisi hilangnya volume
darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak
adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang
dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok
harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik
syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu keadaan serius
yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak
mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok
biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun
jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya
aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal
jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi)
atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau
infeksi).
Syok adalah kondisi kritis akibat
penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem
peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga
pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu
ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.
B.
DIAGNOSIS
1. Gelisah,
bingung, penurunan kesadaran
2. Nadi
>100 kali/menit, lemah
3. Tekanan
darah sistolik <90 mmHg
4. Pucat
5. Kulit
dingin dan lembab
6. Pernapasan
>30 kali/menit
7.
Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak
terbentuk air kemih.Jumlah urin <30 ml/jam
8.
Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
9.
Nyeri dada
10. Linglung
11. Pusing
12. Pingsan
C.
FAKTOR PREDISPOSISI
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika
terdapat kondisi berikut ini:
1. Perdarahan
pada kehamilan muda
2. Perdarahan
pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
3. Perdarahan
pascasalin
4. Infeksi
berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
5. Kejadian
trauma
6. Gagal
jantung
D.
ETIOLOGI SYOK
1.
Dehidrasi (syok hipovolemik)
2.
Serangan jantung (syok kardiogenik)
3.
Gagal jantung (syok kardiogenik)
4.
Trauma atau cedera berat
5.
Infeksi (syok septik)
6.
Reaksi alergi (syok anafilaktik)
7.
Cedera tulang belakang (syok
neurogenik)
8.
Sindroma syok toksik.
E.
JENIS SYOK
Disebabakan oleh
penurunan volume darah yang terjadi secara langsung karena pendarahan hebat
atau tidak langsung karena pendarahan hebat atau tidak langsung karena
hilangnya cairan yang berasal dari plasma misalnya diare berat, pengeluaran
urin atau keringat berlebihan
·
Syok
kardiogenik
Disebabkan
oleh kegagalan jantung yang melemah unutk memompa darah secara kuat
·
Syok vasogenik
Disebabkan
oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan oleh zat-zat vasolidator dan diantaranya
terbagi menjadi 2 yaitu :
1.
Syok septik ditimbulkan oleh
vasodilatasi luas yang dikeluarkan oleh penyebab infeksi atau kuman
2.
Syok anafilaktik disebabkan oleh pengeluaran
histamin pada reaksi alergi hebat
·
Syok
neurogenik
Disebabkan nyeri
hebat dan dalam dimana tonis vaskuler simpatis yang hilang sehingga menyebabkan
vasodilatasi umum
F.
PATOFISIOLOGI SYOK
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum,
walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat
sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah,
resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor
ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi
syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi
peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung
menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.
G.
FASE SYOK
Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadapa
perdarahan 500-1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya
adaptasi fisiologik kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika
perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
1. Fase
Kompensasi
Rangsangan/reflex simpatis: Respon pertama terhadap
kehilangan darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan
pasokan darah ke organ vital
gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.
2. Fase
Dekompensasi
Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau
kurang karena factor-faktor yang ada
Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok diatas
Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki
keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping
3. Fase
Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan
hipoksia jaringan yang lama dan kenatian jaringan dengan akibat berikut:
·
Asidosis metabolik: disebabkan metabolisme anaerob
yang terjadi karena kekurangan oksigen
·
Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolisme
selanjutnya menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya
cairan ke dalam jaringan ekstravaskular
·
Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak
·
Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah
koroner
·
Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah
saja tidak cukup adekuat lagi dan jika penyembuhan dari fase akut terjadi,
sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul
H.
DERAJAT SYOK
1.
Syok Ringan: Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan
organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini
relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan
jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2.
Syok Sedang: Perfusi ke organ vital selain jantung dan
otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi
hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini
terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan
tetapi kesadaran relatif masih baik.
3.
Syok Berat: Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat.
Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ
vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain.
Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia
jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).
H. KOMPLIKASI SYOK
1.
Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan
hipoksia jaringan yang berkepanjangan.
2.
Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi
pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
3.
DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia
dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SYOK
1.
Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar
elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2.
Analisa gas darah
3.
EKG
J.
PENATALAKSANAAN
SYOK
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang
bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan
nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal.
Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan
ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C
= circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok
septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian
cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk
mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi
vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan
mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok
septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi. Penanganannya meliputi:
a.
Tatalaksana Umum
1. Carilah
bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan
jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan
ibu ke kiri.
4. Hangatkan
ibu.
5. Pasang
infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
6. jarum
terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
7. Berikan
cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter
8.
dengan cepat (15-20 menit).
9. Pasang
kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
10. Lanjutkan
pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3 liter dalam
2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
|
11. Cari
penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara
simultan (lihat tabel 3.2.1), kemudian beri tatalaksana yang tepat
sesuai penyebab.
3.2.1 Uraian gejala dan tanda berbagai tipe
syok
TIPE
SYOK PENYEBAB RESPON TERHADAP
P
Tipe Syok
|
Penyebab
|
Respon Terhadap Pemberian Cairan
|
Hipovolemik
|
-
Perdarahan
-
Muntah
-
Diare
-
Dehidrasi
|
Berespon
|
Kardiogenik
|
-
Penyakit jantung iskemik
- Gangguan
irama jantung berat memburuk
-
Kelainan katup jantung
|
Tidak
berespon atau kondisi
|
Distributif
|
-
Syok sepsis
-
Syok anafilaktik
-
Syok neurogenik
|
Berespon
|
Obstruktif
|
-
Tamponade jantung
-
Pneumotoraks tension berespon
|
Dapat
berespon atau tidak
|
EMBERIAN
CAIRAN
12. Pantau
tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
13. Bila
ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5 ml/menit
(8-10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
Menghilangkan atau mengatasi penyebab
syok.
Khusus: Obat farmakologik: Tergantung
penyebab syok, Vasopresor (kontraindikasi syok hipovolemik), dan Vasodilator
K. PENCEGAHAN SYOK
Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba mengobatinya.
Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko terjadinya syok.
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
WHO/RHR/00.7, Manajemen
Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, Pamilih,S.Kep. Ns, Jakarta, 2005
Prawirahardjo, Sarwono.2008.”Ilmu Kebidanan”.dalam Saifudin,
Abdul Bari dan tim,Ilmu Kebidanan,
Jakarta,2010
Kerjasama WHO.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Bidan delima, BUKU SAKU PELAYANAN
KESEHATAN IBU DI FASILITAS
KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN,jakarta,2013
0 komentar:
Posting Komentar