OSTETRI DAN GINEKOLOGI
Lingkup Patologi Kebidanan
Disusun Oleh:
ARISTA SUNINGSIH
CHINTYA DWI RIZKI
DESI SELVINA
AISYAH FATMA ELHARTIN
AMINNURROHMAH ARROZI
ANISA HARSIMAYA
ADRINA DEA PRAMUDITHA
AJIRNII QALIBUN
TINGKAT 1I
(Reguler, Non
Reguler I, Non Reguler II)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, dan akan membahas mengenai Lingkup
Patologi Kebidanan.
Makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam pemilihan kata maupun penyajiannya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas saran yang
diberikan, penyusun menghaturkan terima kasih.
Bandar Lampung, April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Patologi Obstetri
Obstetri
adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium.
Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi,
patologi obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal
atau fisiologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patologi Kehamilan dan Penatalaksanaannya
1. Abortus
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru
mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Yang
diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat
janin 500 gram.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a. Abortus spontan
Abortus
spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa
perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk,
diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa
dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed
abortion), dan abortus inkompletus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
2. Kelainan Tempat Kehamilan (
Kehamilan Ektopik)
Kehamilan
ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun
kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a. Kehamilan Tuba
Kejadian
kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Lebih
dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi
pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau
ruptur tuba.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b. Kehamilan Interstisil
Kehamilan
ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan
ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur
pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan
ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kematian.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c. Kehamilan Abdominal
Menurut
perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500
kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan,
hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas
(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d. Kehamilan Ovarial
Kehamilan
ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4
kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong
janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus
oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam
dinding kantong janin.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
e. Kehamilan Cervical
Kehamilan
cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix.
Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir
pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa
pengguguran.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
3. Mola Hydatidosa dan
Choriocarcinoma
Mola
hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul
dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet
(CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya
dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada
kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY,
umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara
keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma
adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah
kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri
dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :
elstar offset).
4. Anemia Kehamilan
Perubahan
fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel
darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada
peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak
seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat
dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini
juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi
selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan
plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti
menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia
didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah
batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama
periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin
dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5. Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah
yang membahayakan ini dibedakan darimorning sickness normal yang
umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
6. Kehamilan dengan Hipertensi
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi
esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi
selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi
mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada
janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio
plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan
otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko prematur dan
kematian.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Preeklamsi
Preeklamsi
diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang
gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan
paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
Eklamsi
Eklamsi
adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam
nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
7. Kehamilan dengan Infeksi
a. HIV/ AIDS
Human
imunnodeficiency virus adalah
retro virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe
sel lainnya.
dalam
popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child
transmission, MTCT) tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah
antepartu, dan sampai 20% intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut
penularan 5-15%.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b. Hepatitis
Infeksi
virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah
infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi.
Bandung : elstar offset).
c. Gonore/Sypilis
Infeksi
Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar
bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas
dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak
dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi
sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam
kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus,
kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d. CMV (Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus
adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes
simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan
infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang
sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina
pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e. Rubella
Virus
penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa
hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati,
kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini
muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki
kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS,
congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f. Herpes
Infeksi
yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit.
Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada
vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi
diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru
terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan
dengan seksio sesaria.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g. Varicella
Angka
kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau
partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir
dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena
tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
h. Toxoplasmosis
Transisi
toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama
kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah
memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko
bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil.
Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi
spesifik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
8. Kehamilan Ganda
a. Kehamilan kembar 2 telur
Atau
disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel
telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1
ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b. Kehamilan kembar 1 telur
Atau
disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi
dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu
kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
9. Kelainan Letak
a. Letak sungsang
Letak
sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau kombinasi
keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas, polohidramnion,
plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b. Letak lintang
Letak
lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
10. Perdarahan Antepartum
a. Solutio Plasenta
Solutio
plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal
terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke
22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang
rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b. Placenta Previa
Plasenta
previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari
plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Insertio Velomentosa
Insersio
velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta,
tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara
amnion dan korion menuju plasenta.
d. Ruptur Sinus Marginalis
Pecahnya
sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui
setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan
menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan
mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e. Placenta Sirkumvalata
Plasenta
sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat
cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua.
Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut
plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
11. Kehamilan Disertai Penyakit
a. Diabetes Melitus
Diabetes
pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
mempengaruhi kehamilan.
b. Jantung
Jantung.
Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung
(dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung
dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c. Sistem Pernafasan
Tuberkulosis
paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk
menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma
Bronkial. Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa
gangguan, kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia
dan kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik
berat, seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis
dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan
persalinan nantinya.
Bronkitis,
Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak
membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d. Sistem Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi.
Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai
mual dan muntah.
Gingivitis
dan epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah
berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies
gigi. Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan
berkurang, mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus
dan lambung
Pirosis.
Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan
regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis
erosif. Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada
lambung.
Varises
esofagus. Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi
berat.
Hernia
hiatus. Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah
sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut
hernia hiatus.
Ulkus
peptikum. Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis.
Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir
sama yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait
usus halus dan usus besar.
Ileus.
Gejala : muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus
bunyi logam.
Vulvulus
usus. Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat
dijumpai pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia.
Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia
inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis.
Jarang terjadi dalam kehamilan.
Kolitis
ulserosa. Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid.
Yaitu pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit
lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar,
magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e. Sistem Hematology
Anemia.
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu
terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya
dengan plasma darah.
Iso
Imunisasi, yaitu Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat,
kemudian anak-anak berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi
lahir mati atau lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah
kelahirannya.
f. Sistem Perkemihan
Bakteriuria.
Dalam kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis
akut.
Sistitis.
Dalam kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis
Akut. Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada
kehamilan triwulan III.
Pielonefritis
kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga
wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis
Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan
kematian janin.
Glomeruluonefritis
kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus
dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma
Nefrotik (Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr
perhari), edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis
(Batu Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber:
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).
12. Kelainan Lamanya Kehamilan
a. Prematur/ Partus Prematurus
Partus
prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 %
dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung.
1984. obstetri patologi. Bandung : elstar offset).
Persalinan
preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Postmatur/ Partus Serotinus
Yang
dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau
lebih.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Intra Uterine Growth Death
(IUFD)
IUFD
adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai
umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan
1000gr).
13. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a. Depresi
Depresi
saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood
sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan
biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan
hormone bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan
gelisah. Hal ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang
akhirnya menimbulkan depresi.
b. Psikosa
Suatu
gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini
dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk
karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan
gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu,
sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan
tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan
halusinasi.
c. Psikoneora
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang
bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental
dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan
emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi).
14. Kelainan Air Ketuban
a. KPSW
Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau
ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban
pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan
mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Polihidramnion
Air
ketuban paling banyak pada minggu ke 38, sebanyak 1030 cc, pada akhir
kehamila tinggal 790 cc dan terus berkurang sehingga pada minggu ke 43
hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam
berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka
disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
B. Patologi
Persalinan dan penatalaksanaannya
1. Mioma Uteri
Mioma
uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri
mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi
dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma
uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan
submukosum.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2. Distensi Uterus
Distensi
uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan paling sering disebakan
oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosi.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3. Parut Uterus
Tidak
dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan
parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi,
terutama di negara berkembang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4. Seksio Sesarea
Persalinan
seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini dilakukan
apabila tidak memungkinkan persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu,
seperti gawat janin, atau tulang panggul yang sempit.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5. Dystocia
Istilah
dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari
persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak
keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan
lahir.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
6. Kerusakan Jalan Lahir Karena
Persalinan
a. Vulva dan Vagina
Robekan
pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.
Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas,
sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
b. Cervix
Robekan
yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada
pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka
pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan
menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Ruptura Uteri (Robekan
Rahim)
Ruptur
uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek
rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan
ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
C. Patologi
Nifas dan penatalaksanaannya
1. Infeksi Puerpuralis
Infeksi
puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a. Terbatas pada lukanya
(infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b. Infeksi itu menjalar
dari luka ke jaringan sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis,
peritonitis)
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
2. Perdarahan dalam Nifas
Sebab-sebab
:
a. Sisa plasenta dan plasenta
polyp
Sisa
plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b. Endometritis puerperalis
Perdarahan
biasanya tidak banyak.
c. Perdarahan fungsionil
Dalam
golongan ini termasuk :
1. Perdarahan karena
hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus anovulator
dalam nifas.
2. Perubahan dinding pembuluh
darah.
Pada
golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d. Perdarahan karena luka :
Kadang-kadang
robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena
perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat
terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
D. Kegawatdaruratan
Obstetrik dan Penatalaksanaannya
Kegawatdaruratan
obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus
gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
1. Prinsip
Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus kegawatdaruratan
obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat
4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi
obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Persalinan macet
hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang
lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus
perdarahan yang dimaksud di sini adalah perdarahan yang diakibatkan oleh
perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptur uteri. Selain keempat penyebab
kematian tersebut, masih banyak jenis kasus kegawatdaruratan obstetrik baik
yang terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air
ketuban, kehamilan ektopik, maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan
dan persalinan, misalnya luka bakar, syok anafilaktik karena obat dan cidera
akbita kecelakaan lalulintas.
Manifestasi klinik
kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
1. Kasus perdarahan, dapat
bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak merembes, profus, sampai
syok.
2. Kasus infeksi dan sepsis, dapat
bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervagianam yang berbau, air
ketuban hijau, demam, sampai syok.
3. Kasus hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia,dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/ pusing
kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/ tidak
sadar.
4. Kasus persalinan macet, lebih mudah
dikenal apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu
yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi
ruptur uteri.
5. Kasus kegawatdaruratan lain,
bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.
Mengenal kasus
kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang
cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus
kegawatdaruratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga
penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat
fatal. Dalam prinsip, padad saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus
dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat,
sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Dalam menanagani kasus
kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan
pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur
pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan
hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap
diperhatikan.
1. Vakum Ekstraksi
- Indikasi Ibu
- Indikasi Ibu
1.
Kelelahan
ibu
2.
Partus
tidak maju
3.
Toksemia
gravidarum
4.
Ruptura
uteri imminens
5.
Ibu
yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis,
anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
1.
Gawat
janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya
mekonium.
2. Forsep Ekstraksi
- Indikasi Ibu
1.
Kelelahan
ibu
2.
Partus tidak
maju
3.
Adanya
edema vulva atau vagina
4.
Adanya
tanda-tanda infeksi
5.
Indikasi
pinard; Kepala sudah di H. IV, pembukaan serviks lengkap, ketuban pecah, 2 jam
mengedan janin belum lahir juga
6.
Toksemia
gravidarum
7.
Ruptura
uteri imminens
8.
Ibu
yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis,
anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
- Indikasi Janin
1.
Gawat
janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya
mekonium.
3. Sectio Cesarea
- Indikasi Ibu
- Indikasi Ibu
1.
Plasenta
previa sentralis dan lateralis
2.
Panggul
sempit
3.
Disproposi
sefalo-pelvik
4.
Ruptura
uteri mengancam
5.
Partus
lama
6.
Partus
tak maju
7.
Distosia
serviks
8.
Pre-eklampsi
dan hipertensi.
- Indikasi Janin
1.
Kelainan
letak; Letak lintang, letak bokong, presentasi muka dan dahi, presentasi
rangkap.
2.
Gemelli.
4. Induksi Persalinan
- Indikasi Ibu
1.
Hipertensi
2.
Preeklampsi
dan eklampsi
3.
Ketuban
Pcah Dini
4.
DM pada
kehamilan 37 minggu
5.
Penyakit
ginjal berat
6.
Primigravida
tua
7.
Perdarahan
antepartum.
- Indikasi Janin
1.
Postmaturitas
2.
IUFDRhesus
antagonismus
3.
Hidroamnion
4.
Gawat
janin.
5. Embriotomi
- Indikasi Ibu
1.
Bila
ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi, ancaman robekan
rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda infeksi, partus lama, dan ibu
sangat lemah.
2.
Ibu
yang tidak boleh mengejan.
3.
Disproporsi
sefalo-pelvik.
- Indikasi Janin
1.
Kelainan
letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi tulang ubun-ubun
posterior.
2.
Pada
janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops fetalis.
6. Episiotomi
- Indikasi Ibu
1.
Primigravida
umumnya
2.
Perineum
kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
3.
Apabila
terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang,
persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
4.
Arkus
pubis yang sempit
- Indikasi Janin
1.
Sewaktu
melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin.
2.
Sewaktu
melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3.
Pada
keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat
janin, tali pusat menumbung.
7. Kuretase
- Indikasi Ibu
1.
Abortus
Inklomplitus
2.
Menometroragia
3.
Mola
Hidatidosa
- Indikasi Janin
1.
Dead
Conseptus
2.
Blighted
Ova
F. Gangguan
Psikologis Dalam Kebidanan Dan Penatalaksanaannya
A. Pengertian
/ definisi depresi
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk
psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya
yaitu :
Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai
suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh,
suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
Southwestern
Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of
Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan
sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu
ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
Staab
dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan
suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang
ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
B .
Gejala-gejala depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR)
(American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi
jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah
telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau
kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a) Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari,
hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih
atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin
menangis).
b) Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua
kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai
oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
c) Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih
dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
d) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
e) Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat
diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau
merasa lambat)
f) Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
g) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
h) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit
membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
i) Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati),
berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau
usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami
depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya
pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram,
murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau
mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan
calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam
keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas
kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi
terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan
dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan
seksual.
Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
Depresi
Mayor dalam kehamilan
Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di
atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius
yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau
depresi mayor.
Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh
dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan
yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka
cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa
tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak
jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini
dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang
hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua
kali atau beberapa kali selama hidup.
Penyebab
terjadinya depresi pada kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil,
namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah
melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam
tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita
depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin
mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik Selain
itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena
adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan
kimia tersebut.
Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita
depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka
depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.Selain dari faktor
organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor
psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang
ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan
dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil
antara lain:
1. Riwayat
keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
2. Kurangnya
dukungan dari suami dan keluarga
3. Perasaan
khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
4. Ada
masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
5. Sedang
menghadapi masalah keuangan
6. Usia
ibu hamil yang terlalu muda
7. Adanya
komplikasi selama kehamilan
8. Keadaan
rumah tangga yng tidak harmoni
9. Perasaan
calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan, Permasalahan yang berkaitan
dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri
bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin
yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik
dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap
kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki
dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang
mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
1. Pertama
adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
2. Kedua
munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya
akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti
minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri.
Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan
berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran
bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang
dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi
jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri,
bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini
tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan
bahkan kesehatannya sendiri.
Cara
Penanganan
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk
mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan,
selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup
minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi
ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari
depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami
dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting
pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu
direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan
psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat
psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan
psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak
direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat
riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
Ada
2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman
Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1) Fase
akut
Gejalanya ditangani, dosis obat
disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2) Fase
lanjut
Klien dimonitor pada dosis
efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang
klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak
beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang
mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti
menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective
serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin
dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit
memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi
lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (
MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi.
Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus
dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi
perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan.
Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk
mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam,
misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak
berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita
depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita.
Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan
motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi
harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak
mampu dan rendah diri.
Depresi Pasca
Salin
Gangguan depresif mayor relatif
sering terjadi selama masa nifas. Baik studi retrospektif dan prospektif yang
berbasis komunitas telah menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin
mayor dan minor antara 10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort
masa nifas ini relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita
nonpuerperal.Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat
setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan
pertama pasca salin.
Gejala
dan tanda depresi masa nifas
Biasanya tidak dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang
terjadi pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia,
insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan.
Kadang-kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif
terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering
mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya. Dalam bentuk
yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan disfungsi yang sangat
berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka bunuh diri relatif rendah
pada wanita yang mengalami depresi selama masa nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
PSIKOLOGIS
PUERPERALIS
Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa masa
nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis puerperalis lebih
jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000 wanita pasca salin.
Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis dalam 48 - 72 jam pasca
salin. Sebagian besar wanita yang menderita psikosis puerperalis gejalanya
berkembang dalam 2-4 minggu pertama pasca salin.
Wanita dengan kelainan ini gejala psikotik dan tingkah laku yang kacau sangat
menonjol sehingga menimbulkan disfungsi yang bermakna. Psikosis puerperalis
menyerupai psikosis afektif yang berkembang cepat dengan gambaran manik,
depresif atau tipe campuran. Tanda paling awal adalah kegelisahan yang tipikal,
iritabilitas dan insomnia. Wanita dengan gangguan ini secara khas
memperlihatkan pergantian yang cepat antara mood yang depresi dan elasi,
disorientasi atau depersonalisasi serta tingkah laku aneh. Waham biasanya
berkisar pada bayinya termasuk waham bahwa anaknya telah meninggal, anaknya
mempunyai kekuatan khusus, atau menganggap anaknya sebagai jelmaan setan atau
Tuhan. Halusinasi dengar yang menyuruh ibu tersebut untuk menyakiti atau
membunuh dirinya sendiri atau anaknya kadang-kadang dilaporkan. Walaupun banyak
pihak berpendapat bahwa penyakit ini berbeda dengan gangguan afektif, namun
beberapa peneliti berpendapat bahwa psikosis puerperalis lebih mirip dengan
kebingungan atau delirium daripada gangguan mood psikotik nonpuerperalis.
Penapisan
Depresi pasca salin berat dan psikosis mudah untuk dikenali, namun bentuk yang
lebih ringan atau lebih perlahan munculnya seringkali terlewatkan. Bahkan
gejala depresi berat yang muncul selama masa nifas sering terlewatkan oleh
pasien dan perawatnya karena dianggap normal dan sebagai bagian dari proses
kehaliran bayi. Karena sulitnya memprediksikan wanita yang berada pada populasi
umum yang akan berkembang menjadi psikosis puerperalis, dianjurkan untuk menapis
seluruh wanita untuk gejala depresi pada masa nifas. Hambatan terbesar dalam
mendiagnosis depresi pasca salin adalah pada tingkat klinisi gagal menanyakan
adanya gejala-gejala fektif pada wanita masa nifas. (2)
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.
Edinburgh Postnatal Depression
Scale
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) telah dikembangkan untuk membantu
profesional perawatan kesehatan primer untuk mendeteksi ibu yang menderita
depresi pasca salin; sebuah distress yang lebih panjang dari blues dan tidak
begitu berat dibanding psikosis puerperalis. Studi yang lampau telah
menunjukkan bahwa depresi pasca salin mengenai kurang lebih 10% wanita dan
masih banyak wanita yang depresi tidak mendapatkan pengobatan. Wanita ini
mungkin masih bisa mengurus bayi dan pekerjaan rumah namun kesenangan hidupnya
sangat terganggu dan bisa terdapat efek jangka panjang terhadap keluarganya.
EPDS dikembangkan pada pusat kesehatan di Livingston dan Edinburgh. EPDS
terdiri dari 10 pernyataan pendek. Pasien menggarisbawahi salah satu di antara 4
pernyataan yang paling cocok dengan dirinya selama 1 minggu terakhir. Sebagian
besar pasien melengkapi pertanyaan ini tanpa kesulitan dalam waktu kurang dari
5 menit. Validasi studi menunjukkan bahwa bila ibu yang memiliki skor di atas
ambang 12/13 diperkirakan menderita gangguan depresif dengan berat yang
bervariasi. Namun skor EPDS tidak boleh mengesampingkan diagnosis klinik.
Penilaian klinis yang teliti harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Skala ini mengindikasikan yang pasien rasakan selama 1 minggu yang lalu dan
pada kasus yang meragukan penilaian bisa diulang 2 minggu kemudian.
Ganguan
Mental Minore Pada Kehamilan Lanjut
Gangguan lanjut
mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian yang di
alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang
proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :
1.
Depresi
Depresi dapat berupa gejala
kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a. Gejala
depresi
Sedih
Murung
tidak
ada semangat
ingin
menyndiri ibu di katakana mnderita gagngguan depresi bila gejala dan tanda yang
ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan depresi .
depresi dapat
di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
b.factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian
histronik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan
depresi disbanding ibu yang mempunyai keperibadian antisocial dan paranoid
c.factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di
pelajari dari depresi menghubungkan fenomena depersi pada ibu tentang
pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
contoh depresi pada ibu saat keamilan
lanjut :
mood
depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di tunjukan
oleh adanya rasa sedih, pada ibu
berkurangnya
minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap aktifitas
sehari-hari
berkurangnya
berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
Tidur
terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
Mengamuk
mara-marah atau malas
Kesulitan
untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
Fikiran
yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan pada
kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a) usahakan
agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b) kirimkan
kedokter / psikiater untuk dapat piƱata laksaanan selanjutnya.
c) Lakukan
usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d) Mencoba
berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang
kehamilannya sekarang
Untuk
mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu di ambil anamnesa
dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya, perkembangan
janin dan persalinan.
2.
Stress
sters dapat
mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu memasuki trimester
ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata, alas an yang
mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan mengenai ketakutan
untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan
kecemasan dalam kehamilan
seorang ibu
yang tabah akan berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai
suatu puncak yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
v Mempercayai
anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
v Menyelenggarakan
hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan dapat mudah di lakukan
v Memberikan
penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
rumah tangga peristiwa kehamilan dan persalinan
Sumber stres dapat di golongkan
dalam bentuk :
a) Krisis
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
b) Frutrasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
c) Konflik
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
d) Tekanan
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Akibat dari stress
o perasaan
cemas
o rasa
takut
o tertekan
o kehilangan
rasa nyaman
o gelisah
o Pusing
o kurang
istirahat
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
OSTETRI DAN GINEKOLOGI
Lingkup Patologi Kebidanan
Disusun Oleh:
ARISTA SUNINGSIH
CHINTYA DWI RIZKI
DESI SELVINA
AISYAH FATMA ELHARTIN
AMINNURROHMAH ARROZI
ANISA HARSIMAYA
ADRINA DEA PRAMUDITHA
AJIRNII QALIBUN
TINGKAT 1I
(Reguler, Non
Reguler I, Non Reguler II)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, dan akan membahas mengenai Lingkup
Patologi Kebidanan.
Makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam pemilihan kata maupun penyajiannya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas saran yang
diberikan, penyusun menghaturkan terima kasih.
Bandar Lampung, April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Patologi Obstetri
Obstetri
adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium.
Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi,
patologi obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal
atau fisiologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patologi Kehamilan dan Penatalaksanaannya
1. Abortus
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru
mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Yang
diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat
janin 500 gram.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a. Abortus spontan
Abortus
spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa
perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk,
diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa
dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed
abortion), dan abortus inkompletus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
2. Kelainan Tempat Kehamilan (
Kehamilan Ektopik)
Kehamilan
ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun
kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a. Kehamilan Tuba
Kejadian
kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Lebih
dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi
pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau
ruptur tuba.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b. Kehamilan Interstisil
Kehamilan
ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan
ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur
pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan
ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kematian.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c. Kehamilan Abdominal
Menurut
perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500
kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan,
hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas
(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d. Kehamilan Ovarial
Kehamilan
ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4
kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong
janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus
oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam
dinding kantong janin.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
e. Kehamilan Cervical
Kehamilan
cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix.
Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir
pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa
pengguguran.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
3. Mola Hydatidosa dan
Choriocarcinoma
Mola
hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul
dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet
(CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya
dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada
kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY,
umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara
keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma
adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah
kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri
dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :
elstar offset).
4. Anemia Kehamilan
Perubahan
fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel
darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada
peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak
seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat
dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini
juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi
selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan
plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti
menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia
didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah
batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama
periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin
dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5. Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah
yang membahayakan ini dibedakan darimorning sickness normal yang
umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
6. Kehamilan dengan Hipertensi
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi
esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi
selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi
mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada
janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio
plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan
otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko prematur dan
kematian.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Preeklamsi
Preeklamsi
diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang
gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan
paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
Eklamsi
Eklamsi
adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam
nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
7. Kehamilan dengan Infeksi
a. HIV/ AIDS
Human
imunnodeficiency virus adalah
retro virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe
sel lainnya.
dalam
popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child
transmission, MTCT) tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah
antepartu, dan sampai 20% intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut
penularan 5-15%.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b. Hepatitis
Infeksi
virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah
infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi.
Bandung : elstar offset).
c. Gonore/Sypilis
Infeksi
Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar
bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas
dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak
dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi
sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam
kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus,
kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d. CMV (Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus
adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes
simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan
infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang
sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina
pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e. Rubella
Virus
penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa
hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati,
kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini
muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki
kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS,
congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f. Herpes
Infeksi
yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit.
Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada
vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi
diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru
terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan
dengan seksio sesaria.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g. Varicella
Angka
kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau
partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir
dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena
tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
h. Toxoplasmosis
Transisi
toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama
kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah
memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko
bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil.
Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi
spesifik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
8. Kehamilan Ganda
a. Kehamilan kembar 2 telur
Atau
disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel
telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1
ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b. Kehamilan kembar 1 telur
Atau
disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi
dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu
kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
9. Kelainan Letak
a. Letak sungsang
Letak
sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau kombinasi
keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas, polohidramnion,
plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b. Letak lintang
Letak
lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
10. Perdarahan Antepartum
a. Solutio Plasenta
Solutio
plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal
terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke
22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang
rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b. Placenta Previa
Plasenta
previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari
plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Insertio Velomentosa
Insersio
velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta,
tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara
amnion dan korion menuju plasenta.
d. Ruptur Sinus Marginalis
Pecahnya
sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui
setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan
menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan
mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e. Placenta Sirkumvalata
Plasenta
sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat
cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua.
Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut
plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
11. Kehamilan Disertai Penyakit
a. Diabetes Melitus
Diabetes
pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
mempengaruhi kehamilan.
b. Jantung
Jantung.
Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung
(dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung
dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c. Sistem Pernafasan
Tuberkulosis
paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk
menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma
Bronkial. Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa
gangguan, kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia
dan kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik
berat, seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis
dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan
persalinan nantinya.
Bronkitis,
Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak
membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d. Sistem Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi.
Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai
mual dan muntah.
Gingivitis
dan epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah
berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies
gigi. Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan
berkurang, mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus
dan lambung
Pirosis.
Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan
regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis
erosif. Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada
lambung.
Varises
esofagus. Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi
berat.
Hernia
hiatus. Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah
sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut
hernia hiatus.
Ulkus
peptikum. Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis.
Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir
sama yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait
usus halus dan usus besar.
Ileus.
Gejala : muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus
bunyi logam.
Vulvulus
usus. Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat
dijumpai pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia.
Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia
inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis.
Jarang terjadi dalam kehamilan.
Kolitis
ulserosa. Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid.
Yaitu pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit
lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar,
magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e. Sistem Hematology
Anemia.
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu
terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya
dengan plasma darah.
Iso
Imunisasi, yaitu Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat,
kemudian anak-anak berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi
lahir mati atau lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah
kelahirannya.
f. Sistem Perkemihan
Bakteriuria.
Dalam kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis
akut.
Sistitis.
Dalam kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis
Akut. Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada
kehamilan triwulan III.
Pielonefritis
kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga
wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis
Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan
kematian janin.
Glomeruluonefritis
kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus
dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma
Nefrotik (Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr
perhari), edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis
(Batu Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber:
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).
12. Kelainan Lamanya Kehamilan
a. Prematur/ Partus Prematurus
Partus
prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 %
dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung.
1984. obstetri patologi. Bandung : elstar offset).
Persalinan
preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Postmatur/ Partus Serotinus
Yang
dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau
lebih.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Intra Uterine Growth Death
(IUFD)
IUFD
adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai
umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan
1000gr).
13. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a. Depresi
Depresi
saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood
sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan
biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan
hormone bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan
gelisah. Hal ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang
akhirnya menimbulkan depresi.
b. Psikosa
Suatu
gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini
dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk
karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan
gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu,
sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan
tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan
halusinasi.
c. Psikoneora
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang
bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental
dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan
emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi).
14. Kelainan Air Ketuban
a. KPSW
Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau
ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban
pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan
mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b. Polihidramnion
Air
ketuban paling banyak pada minggu ke 38, sebanyak 1030 cc, pada akhir
kehamila tinggal 790 cc dan terus berkurang sehingga pada minggu ke 43
hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam
berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka
disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
B. Patologi
Persalinan dan penatalaksanaannya
1. Mioma Uteri
Mioma
uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri
mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi
dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma
uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan
submukosum.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2. Distensi Uterus
Distensi
uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan paling sering disebakan
oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosi.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3. Parut Uterus
Tidak
dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan
parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi,
terutama di negara berkembang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4. Seksio Sesarea
Persalinan
seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini dilakukan
apabila tidak memungkinkan persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu,
seperti gawat janin, atau tulang panggul yang sempit.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5. Dystocia
Istilah
dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari
persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak
keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan
lahir.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
6. Kerusakan Jalan Lahir Karena
Persalinan
a. Vulva dan Vagina
Robekan
pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.
Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas,
sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
b. Cervix
Robekan
yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada
pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka
pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan
menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c. Ruptura Uteri (Robekan
Rahim)
Ruptur
uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek
rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan
ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
C. Patologi
Nifas dan penatalaksanaannya
1. Infeksi Puerpuralis
Infeksi
puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a. Terbatas pada lukanya
(infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b. Infeksi itu menjalar
dari luka ke jaringan sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis,
peritonitis)
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
2. Perdarahan dalam Nifas
Sebab-sebab
:
a. Sisa plasenta dan plasenta
polyp
Sisa
plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b. Endometritis puerperalis
Perdarahan
biasanya tidak banyak.
c. Perdarahan fungsionil
Dalam
golongan ini termasuk :
1. Perdarahan karena
hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus anovulator
dalam nifas.
2. Perubahan dinding pembuluh
darah.
Pada
golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d. Perdarahan karena luka :
Kadang-kadang
robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena
perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat
terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
D. Kegawatdaruratan
Obstetrik dan Penatalaksanaannya
Kegawatdaruratan
obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus
gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
1. Prinsip
Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus kegawatdaruratan
obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat
4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi
obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Persalinan macet
hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang
lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus
perdarahan yang dimaksud di sini adalah perdarahan yang diakibatkan oleh
perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptur uteri. Selain keempat penyebab
kematian tersebut, masih banyak jenis kasus kegawatdaruratan obstetrik baik
yang terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air
ketuban, kehamilan ektopik, maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan
dan persalinan, misalnya luka bakar, syok anafilaktik karena obat dan cidera
akbita kecelakaan lalulintas.
Manifestasi klinik
kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
1. Kasus perdarahan, dapat
bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak merembes, profus, sampai
syok.
2. Kasus infeksi dan sepsis, dapat
bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervagianam yang berbau, air
ketuban hijau, demam, sampai syok.
3. Kasus hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia,dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/ pusing
kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/ tidak
sadar.
4. Kasus persalinan macet, lebih mudah
dikenal apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu
yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi
ruptur uteri.
5. Kasus kegawatdaruratan lain,
bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.
Mengenal kasus
kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang
cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus
kegawatdaruratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas,
mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga
penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat
fatal. Dalam prinsip, padad saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus
dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat,
sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Dalam menanagani kasus
kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan
pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur
pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan
hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap
diperhatikan.
1. Vakum Ekstraksi
- Indikasi Ibu
- Indikasi Ibu
1.
Kelelahan
ibu
2.
Partus
tidak maju
3.
Toksemia
gravidarum
4.
Ruptura
uteri imminens
5.
Ibu
yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis,
anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
1.
Gawat
janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya
mekonium.
2. Forsep Ekstraksi
- Indikasi Ibu
1.
Kelelahan
ibu
2.
Partus tidak
maju
3.
Adanya
edema vulva atau vagina
4.
Adanya
tanda-tanda infeksi
5.
Indikasi
pinard; Kepala sudah di H. IV, pembukaan serviks lengkap, ketuban pecah, 2 jam
mengedan janin belum lahir juga
6.
Toksemia
gravidarum
7.
Ruptura
uteri imminens
8.
Ibu
yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis,
anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
- Indikasi Janin
1.
Gawat
janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya
mekonium.
3. Sectio Cesarea
- Indikasi Ibu
- Indikasi Ibu
1.
Plasenta
previa sentralis dan lateralis
2.
Panggul
sempit
3.
Disproposi
sefalo-pelvik
4.
Ruptura
uteri mengancam
5.
Partus
lama
6.
Partus
tak maju
7.
Distosia
serviks
8.
Pre-eklampsi
dan hipertensi.
- Indikasi Janin
1.
Kelainan
letak; Letak lintang, letak bokong, presentasi muka dan dahi, presentasi
rangkap.
2.
Gemelli.
4. Induksi Persalinan
- Indikasi Ibu
1.
Hipertensi
2.
Preeklampsi
dan eklampsi
3.
Ketuban
Pcah Dini
4.
DM pada
kehamilan 37 minggu
5.
Penyakit
ginjal berat
6.
Primigravida
tua
7.
Perdarahan
antepartum.
- Indikasi Janin
1.
Postmaturitas
2.
IUFDRhesus
antagonismus
3.
Hidroamnion
4.
Gawat
janin.
5. Embriotomi
- Indikasi Ibu
1.
Bila
ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi, ancaman robekan
rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda infeksi, partus lama, dan ibu
sangat lemah.
2.
Ibu
yang tidak boleh mengejan.
3.
Disproporsi
sefalo-pelvik.
- Indikasi Janin
1.
Kelainan
letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi tulang ubun-ubun
posterior.
2.
Pada
janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops fetalis.
6. Episiotomi
- Indikasi Ibu
1.
Primigravida
umumnya
2.
Perineum
kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
3.
Apabila
terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang,
persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
4.
Arkus
pubis yang sempit
- Indikasi Janin
1.
Sewaktu
melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin.
2.
Sewaktu
melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3.
Pada
keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat
janin, tali pusat menumbung.
7. Kuretase
- Indikasi Ibu
1.
Abortus
Inklomplitus
2.
Menometroragia
3.
Mola
Hidatidosa
- Indikasi Janin
1.
Dead
Conseptus
2.
Blighted
Ova
F. Gangguan
Psikologis Dalam Kebidanan Dan Penatalaksanaannya
A. Pengertian
/ definisi depresi
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk
psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya
yaitu :
Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai
suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh,
suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
Southwestern
Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of
Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan
sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu
ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
Staab
dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan
suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang
ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
B .
Gejala-gejala depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR)
(American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi
jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah
telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau
kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a) Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari,
hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih
atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin
menangis).
b) Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua
kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai
oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
c) Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih
dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
d) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
e) Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat
diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau
merasa lambat)
f) Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
g) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
h) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit
membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
i) Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati),
berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau
usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami
depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya
pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram,
murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau
mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan
calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam
keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas
kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi
terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan
dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan
seksual.
Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
Depresi
Mayor dalam kehamilan
Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di
atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius
yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau
depresi mayor.
Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh
dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan
yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka
cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa
tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak
jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini
dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang
hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua
kali atau beberapa kali selama hidup.
Penyebab
terjadinya depresi pada kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil,
namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah
melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam
tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita
depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin
mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik Selain
itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena
adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan
kimia tersebut.
Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita
depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka
depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.Selain dari faktor
organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor
psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang
ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan
dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil
antara lain:
1. Riwayat
keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
2. Kurangnya
dukungan dari suami dan keluarga
3. Perasaan
khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
4. Ada
masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
5. Sedang
menghadapi masalah keuangan
6. Usia
ibu hamil yang terlalu muda
7. Adanya
komplikasi selama kehamilan
8. Keadaan
rumah tangga yng tidak harmoni
9. Perasaan
calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan, Permasalahan yang berkaitan
dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri
bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin
yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik
dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap
kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki
dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang
mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
1. Pertama
adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
2. Kedua
munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya
akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti
minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri.
Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan
berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran
bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang
dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi
jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri,
bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini
tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan
bahkan kesehatannya sendiri.
Cara
Penanganan
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk
mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan,
selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup
minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi
ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari
depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami
dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting
pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu
direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan
psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat
psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan
psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak
direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat
riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
Ada
2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman
Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1) Fase
akut
Gejalanya ditangani, dosis obat
disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2) Fase
lanjut
Klien dimonitor pada dosis
efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang
klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak
beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang
mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti
menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective
serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin
dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit
memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi
lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (
MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi.
Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus
dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi
perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan.
Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk
mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam,
misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak
berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita
depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita.
Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan
motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi
harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak
mampu dan rendah diri.
Depresi Pasca
Salin
Gangguan depresif mayor relatif
sering terjadi selama masa nifas. Baik studi retrospektif dan prospektif yang
berbasis komunitas telah menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin
mayor dan minor antara 10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort
masa nifas ini relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita
nonpuerperal.Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat
setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan
pertama pasca salin.
Gejala
dan tanda depresi masa nifas
Biasanya tidak dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang
terjadi pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia,
insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan.
Kadang-kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif
terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering
mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya. Dalam bentuk
yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan disfungsi yang sangat
berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka bunuh diri relatif rendah
pada wanita yang mengalami depresi selama masa nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
PSIKOLOGIS
PUERPERALIS
Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa masa
nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis puerperalis lebih
jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000 wanita pasca salin.
Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis dalam 48 - 72 jam pasca
salin. Sebagian besar wanita yang menderita psikosis puerperalis gejalanya
berkembang dalam 2-4 minggu pertama pasca salin.
Wanita dengan kelainan ini gejala psikotik dan tingkah laku yang kacau sangat
menonjol sehingga menimbulkan disfungsi yang bermakna. Psikosis puerperalis
menyerupai psikosis afektif yang berkembang cepat dengan gambaran manik,
depresif atau tipe campuran. Tanda paling awal adalah kegelisahan yang tipikal,
iritabilitas dan insomnia. Wanita dengan gangguan ini secara khas
memperlihatkan pergantian yang cepat antara mood yang depresi dan elasi,
disorientasi atau depersonalisasi serta tingkah laku aneh. Waham biasanya
berkisar pada bayinya termasuk waham bahwa anaknya telah meninggal, anaknya
mempunyai kekuatan khusus, atau menganggap anaknya sebagai jelmaan setan atau
Tuhan. Halusinasi dengar yang menyuruh ibu tersebut untuk menyakiti atau
membunuh dirinya sendiri atau anaknya kadang-kadang dilaporkan. Walaupun banyak
pihak berpendapat bahwa penyakit ini berbeda dengan gangguan afektif, namun
beberapa peneliti berpendapat bahwa psikosis puerperalis lebih mirip dengan
kebingungan atau delirium daripada gangguan mood psikotik nonpuerperalis.
Penapisan
Depresi pasca salin berat dan psikosis mudah untuk dikenali, namun bentuk yang
lebih ringan atau lebih perlahan munculnya seringkali terlewatkan. Bahkan
gejala depresi berat yang muncul selama masa nifas sering terlewatkan oleh
pasien dan perawatnya karena dianggap normal dan sebagai bagian dari proses
kehaliran bayi. Karena sulitnya memprediksikan wanita yang berada pada populasi
umum yang akan berkembang menjadi psikosis puerperalis, dianjurkan untuk menapis
seluruh wanita untuk gejala depresi pada masa nifas. Hambatan terbesar dalam
mendiagnosis depresi pasca salin adalah pada tingkat klinisi gagal menanyakan
adanya gejala-gejala fektif pada wanita masa nifas. (2)
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.
Edinburgh Postnatal Depression
Scale
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) telah dikembangkan untuk membantu
profesional perawatan kesehatan primer untuk mendeteksi ibu yang menderita
depresi pasca salin; sebuah distress yang lebih panjang dari blues dan tidak
begitu berat dibanding psikosis puerperalis. Studi yang lampau telah
menunjukkan bahwa depresi pasca salin mengenai kurang lebih 10% wanita dan
masih banyak wanita yang depresi tidak mendapatkan pengobatan. Wanita ini
mungkin masih bisa mengurus bayi dan pekerjaan rumah namun kesenangan hidupnya
sangat terganggu dan bisa terdapat efek jangka panjang terhadap keluarganya.
EPDS dikembangkan pada pusat kesehatan di Livingston dan Edinburgh. EPDS
terdiri dari 10 pernyataan pendek. Pasien menggarisbawahi salah satu di antara 4
pernyataan yang paling cocok dengan dirinya selama 1 minggu terakhir. Sebagian
besar pasien melengkapi pertanyaan ini tanpa kesulitan dalam waktu kurang dari
5 menit. Validasi studi menunjukkan bahwa bila ibu yang memiliki skor di atas
ambang 12/13 diperkirakan menderita gangguan depresif dengan berat yang
bervariasi. Namun skor EPDS tidak boleh mengesampingkan diagnosis klinik.
Penilaian klinis yang teliti harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Skala ini mengindikasikan yang pasien rasakan selama 1 minggu yang lalu dan
pada kasus yang meragukan penilaian bisa diulang 2 minggu kemudian.
Ganguan
Mental Minore Pada Kehamilan Lanjut
Gangguan lanjut
mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian yang di
alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang
proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :
1.
Depresi
Depresi dapat berupa gejala
kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a. Gejala
depresi
Sedih
Murung
tidak
ada semangat
ingin
menyndiri ibu di katakana mnderita gagngguan depresi bila gejala dan tanda yang
ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan depresi .
depresi dapat
di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
b.factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian
histronik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan
depresi disbanding ibu yang mempunyai keperibadian antisocial dan paranoid
c.factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di
pelajari dari depresi menghubungkan fenomena depersi pada ibu tentang
pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
contoh depresi pada ibu saat keamilan
lanjut :
mood
depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di tunjukan
oleh adanya rasa sedih, pada ibu
berkurangnya
minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap aktifitas
sehari-hari
berkurangnya
berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
Tidur
terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
Mengamuk
mara-marah atau malas
Kesulitan
untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
Fikiran
yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan pada
kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a) usahakan
agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b) kirimkan
kedokter / psikiater untuk dapat piƱata laksaanan selanjutnya.
c) Lakukan
usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d) Mencoba
berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang
kehamilannya sekarang
Untuk
mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu di ambil anamnesa
dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya, perkembangan
janin dan persalinan.
2.
Stress
sters dapat
mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu memasuki trimester
ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata, alas an yang
mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan mengenai ketakutan
untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan
kecemasan dalam kehamilan
seorang ibu
yang tabah akan berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai
suatu puncak yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
v Mempercayai
anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
v Menyelenggarakan
hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan dapat mudah di lakukan
v Memberikan
penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
rumah tangga peristiwa kehamilan dan persalinan
Sumber stres dapat di golongkan
dalam bentuk :
a) Krisis
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
b) Frutrasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
c) Konflik
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
d) Tekanan
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Akibat dari stress
o perasaan
cemas
o rasa
takut
o tertekan
o kehilangan
rasa nyaman
o gelisah
o Pusing
o kurang
istirahat
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
0 komentar:
Posting Komentar