Selasa, 03 Juni 2014

obstetri dan ginekologi

OSTETRI DAN GINEKOLOGI
Lingkup Patologi Kebidanan

Disusun Oleh:

ARISTA SUNINGSIH
CHINTYA DWI RIZKI
DESI SELVINA
AISYAH FATMA ELHARTIN
AMINNURROHMAH ARROZI
ANISA HARSIMAYA
ADRINA DEA PRAMUDITHA
AJIRNII QALIBUN

TINGKAT 1I
(Reguler, Non Reguler I, Non Reguler II)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, dan akan membahas mengenai Lingkup Patologi Kebidanan.
 Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam pemilihan kata maupun penyajiannya. Untuk itu, penyusun mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas saran yang diberikan, penyusun menghaturkan terima kasih.




Bandar Lampung, April 2014


Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN


Patologi Obstetri
Obstetri adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium. Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi, patologi obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal atau fisiologis.


























BAB II
PEMBAHASAN

A. Patologi Kehamilan dan Penatalaksanaannya
1.    Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Yang diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a.    Abortus spontan
Abortus spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk, diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed abortion), dan abortus inkompletus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

2.    Kelainan Tempat Kehamilan ( Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a.    Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Lebih dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau ruptur tuba.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Kehamilan Interstisil
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c.    Kehamilan Abdominal
Menurut perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500 kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    Kehamilan Ovarial
Kehamilan ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
e.    Kehamilan Cervical
Kehamilan cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix. Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa pengguguran.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

3.    Mola Hydatidosa dan Choriocarcinoma
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet (CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY, umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).


4.    Anemia Kehamilan
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

5.    Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan darimorning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

6.    Kehamilan dengan Hipertensi
a.    Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko prematur dan kematian.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
  Preeklamsi
Preeklamsi diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
  Eklamsi
Eklamsi adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

7.    Kehamilan dengan Infeksi
a.    HIV/ AIDS
Human imunnodeficiency virus  adalah retro virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe sel lainnya.
dalam popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child transmission, MTCT) tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah antepartu, dan sampai 20% intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut penularan 5-15%.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Hepatitis
Infeksi virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Gonore/Sypilis
Infeksi Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus, kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    CMV (Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e.    Rubella
Virus penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f.     Herpes
Infeksi yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit. Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan dengan seksio sesaria.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g.    Varicella
Angka kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
h.    Toxoplasmosis
Transisi toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil. Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi spesifik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

8.    Kehamilan Ganda
a.    Kehamilan kembar 2 telur
Atau disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b.    Kehamilan kembar 1 telur
Atau disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
9.    Kelainan Letak
a.    Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas, polohidramnion, plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b.    Letak lintang
Letak lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

10. Perdarahan Antepartum
a.    Solutio Plasenta
Solutio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b.    Placenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Insertio Velomentosa
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
d.    Ruptur Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e.    Placenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
11. Kehamilan Disertai Penyakit
a.    Diabetes Melitus
Diabetes pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga mempengaruhi kehamilan.

b.    Jantung
Jantung. Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c.    Sistem Pernafasan
Tuberkulosis paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma Bronkial. Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan, kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia dan kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik berat, seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan persalinan nantinya.
Bronkitis, Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d.    Sistem Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi. Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai mual dan muntah.
Gingivitis dan epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies gigi. Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan berkurang, mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus dan lambung
Pirosis. Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis erosif. Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada lambung.
Varises esofagus. Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi berat.
Hernia hiatus. Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus.
Ulkus peptikum. Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis. Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait usus halus dan usus besar.
Ileus. Gejala : muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus bunyi logam.
Vulvulus usus. Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat dijumpai pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia. Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis. Jarang terjadi dalam kehamilan.
Kolitis ulserosa. Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid. Yaitu pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar, magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e.    Sistem Hematology
Anemia. Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Iso Imunisasi, yaitu Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat, kemudian anak-anak berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah kelahirannya.
f.     Sistem Perkemihan
Bakteriuria. Dalam kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis akut.
Sistitis. Dalam kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis Akut. Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada kehamilan triwulan III.
Pielonefritis kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin.
Glomeruluonefritis kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma Nefrotik (Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr perhari), edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis (Batu Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber: Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).

12. Kelainan Lamanya Kehamilan
a.    Prematur/ Partus Prematurus
Partus prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 % dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Postmatur/ Partus Serotinus
Yang dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Intra Uterine Growth Death (IUFD)
IUFD adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).


13. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a.    Depresi
Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood   sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood  merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
b.    Psikosa
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
c.    Psikoneora
Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).

14. Kelainan Air Ketuban
a.    KPSW
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Polihidramnion
Air ketuban paling banyak  pada minggu ke 38, sebanyak 1030 cc, pada akhir kehamila tinggal 790 cc  dan terus berkurang sehingga pada minggu ke 43 hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

B.   Patologi Persalinan dan penatalaksanaannya
1.    Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan submukosum.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2.    Distensi Uterus
Distensi uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan  paling sering disebakan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosi.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3.    Parut Uterus
Tidak dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi, terutama di negara berkembang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4.    Seksio Sesarea
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini  dilakukan apabila tidak memungkinkan persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu, seperti gawat janin, atau tulang panggul yang sempit.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5.    Dystocia
Istilah dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan lahir.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
6.    Kerusakan Jalan Lahir Karena Persalinan
a.    Vulva dan Vagina
Robekan pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas, sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
b.    Cervix
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Ruptura Uteri (Robekan Rahim)
Ruptur uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

C.   Patologi Nifas dan penatalaksanaannya
1.    Infeksi Puerpuralis
Infeksi puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a.    Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b.     Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

2.    Perdarahan dalam Nifas
Sebab-sebab :
a.    Sisa plasenta dan plasenta polyp
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b.    Endometritis puerperalis
Perdarahan biasanya tidak banyak.
c.    Perdarahan fungsionil
Dalam golongan ini termasuk :
1.    Perdarahan karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus anovulator dalam nifas.
2.    Perubahan dinding pembuluh darah.
Pada golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d.    Perdarahan karena luka :
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

D. Kegawatdaruratan Obstetrik dan Penatalaksanaannya

Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

1.      Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus perdarahan yang dimaksud di sini adalah perdarahan yang diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptur uteri. Selain keempat penyebab kematian tersebut, masih banyak jenis kasus kegawatdaruratan obstetrik baik yang terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air ketuban, kehamilan ektopik, maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar, syok anafilaktik karena obat dan cidera akbita kecelakaan lalulintas.
Manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
1.      Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak merembes, profus, sampai syok.
2.      Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervagianam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.
3.      Kasus hipertensi dan preeklampsia/eklampsia,dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/ pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/ tidak sadar.
4.      Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi ruptur uteri.
5.      Kasus kegawatdaruratan lain, bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.
Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsip, padad saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat, sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Dalam menanagani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.


1. Vakum Ekstraksi
- Indikasi Ibu
1.                  Kelelahan ibu
2.                  Partus tidak maju
3.                  Toksemia gravidarum
4.                  Ruptura uteri imminens
5.                  Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll. 
- Indikasi Janin
1.                  Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya mekonium.

2. Forsep Ekstraksi

- Indikasi Ibu 
1.                  Kelelahan ibu
2.                  Partus tidak maju
3.                  Adanya edema vulva atau vagina
4.                  Adanya tanda-tanda infeksi
5.                  Indikasi pinard; Kepala sudah di H. IV, pembukaan serviks lengkap, ketuban pecah, 2 jam mengedan janin belum lahir juga
6.                  Toksemia gravidarum
7.                  Ruptura uteri imminens
8.                  Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
1.                  Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya mekonium.

3. Sectio Cesarea
- Indikasi Ibu
1.                  Plasenta previa sentralis dan lateralis
2.                  Panggul sempit
3.                  Disproposi sefalo-pelvik
4.                  Ruptura uteri mengancam
5.                  Partus lama
6.                  Partus tak maju
7.                  Distosia serviks
8.                  Pre-eklampsi dan hipertensi.
- Indikasi Janin
1.                  Kelainan letak; Letak lintang, letak bokong, presentasi muka dan dahi, presentasi rangkap.
2.                  Gemelli. 

4. Induksi Persalinan

- Indikasi Ibu
1.                   Hipertensi
2.                  Preeklampsi dan eklampsi
3.                  Ketuban Pcah Dini
4.                  DM pada kehamilan 37 minggu
5.                  Penyakit ginjal berat
6.                  Primigravida tua
7.                  Perdarahan antepartum.
- Indikasi Janin
1.                  Postmaturitas
2.                  IUFDRhesus antagonismus
3.                  Hidroamnion
4.                  Gawat janin. 

5. Embriotomi
- Indikasi Ibu
1.                  Bila ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi, ancaman robekan rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda infeksi, partus lama, dan ibu sangat lemah.
2.                  Ibu yang tidak boleh mengejan.
3.                  Disproporsi sefalo-pelvik. 
- Indikasi Janin
1.                  Kelainan letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi tulang ubun-ubun posterior.
2.                  Pada janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops fetalis. 

6. Episiotomi

- Indikasi Ibu
1.                  Primigravida umumnya
2.                  Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
3.                  Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
4.                  Arkus pubis yang sempit
- Indikasi Janin
1.                  Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2.                  Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3.                  Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.

7. Kuretase

- Indikasi Ibu
1.                  Abortus Inklomplitus
2.                  Menometroragia
3.                  Mola Hidatidosa
 - Indikasi Janin
1.                  Dead Conseptus
2.                  Blighted Ova


F. Gangguan Psikologis Dalam Kebidanan Dan Penatalaksanaannya

A.    Pengertian / definisi depresi
            Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
            Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh, suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
*      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
*      Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal
.

B . Gejala-gejala depresi
            Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a)      Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b)      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
c)       Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
d)     Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
e)       Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
f)       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
g)      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
h)      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
i)        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
            Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
            Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
*      Depresi Mayor dalam kehamilan
            Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor.
            Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
*     

Penyebab terjadinya depresi pada kehamilan
            Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik Selain itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut.
            Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
            Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil antara lain:
                                 1.         Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
                                 2.         Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
                                 3.         Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
                                 4.         Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
                                 5.         Sedang menghadapi masalah keuangan
                                 6.         Usia ibu hamil yang terlalu muda
                                 7.         Adanya komplikasi selama kehamilan
                                 8.         Keadaan rumah tangga yng tidak harmoni
                                 9.         Perasaan calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
            Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan, Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
         1.         Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
         2.         Kedua munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
            Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
*     
 Cara Penanganan
            Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
            Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
      Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1)      Fase akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2)      Fase lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
            Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
*      
Depresi Pasca Salin
Gangguan depresif mayor relatif sering terjadi selama masa nifas. Baik studi retrospektif dan prospektif yang berbasis komunitas telah menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin mayor dan minor antara 10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort masa nifas ini relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita nonpuerperal.Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan pertama pasca salin.
*     
 Gejala dan tanda depresi masa nifas
            Biasanya tidak dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang terjadi pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia, insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan. Kadang-kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya. Dalam bentuk yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan disfungsi yang sangat berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka bunuh diri relatif rendah pada wanita yang mengalami depresi selama masa nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
*      
PSIKOLOGIS PUERPERALIS
            Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa masa nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis puerperalis lebih jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000 wanita pasca salin. Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis dalam 48 - 72 jam pasca salin. Sebagian besar wanita yang menderita psikosis puerperalis gejalanya berkembang dalam 2-4 minggu pertama pasca salin.
            Wanita dengan kelainan ini gejala psikotik dan tingkah laku yang kacau sangat menonjol sehingga menimbulkan disfungsi yang bermakna. Psikosis puerperalis menyerupai psikosis afektif yang berkembang cepat dengan gambaran manik, depresif atau tipe campuran. Tanda paling awal adalah kegelisahan yang tipikal, iritabilitas dan insomnia. Wanita dengan gangguan ini secara khas memperlihatkan pergantian yang cepat antara mood yang depresi dan elasi, disorientasi atau depersonalisasi serta tingkah laku aneh. Waham biasanya berkisar pada bayinya termasuk waham bahwa anaknya telah meninggal, anaknya mempunyai kekuatan khusus, atau menganggap anaknya sebagai jelmaan setan atau Tuhan. Halusinasi dengar yang menyuruh ibu tersebut untuk menyakiti atau membunuh dirinya sendiri atau anaknya kadang-kadang dilaporkan. Walaupun banyak pihak berpendapat bahwa penyakit ini berbeda dengan gangguan afektif, namun beberapa peneliti berpendapat bahwa psikosis puerperalis lebih mirip dengan kebingungan atau delirium daripada gangguan mood psikotik nonpuerperalis.
*     
 Penapisan
            Depresi pasca salin berat dan psikosis mudah untuk dikenali, namun bentuk yang lebih ringan atau lebih perlahan munculnya seringkali terlewatkan. Bahkan gejala depresi berat yang muncul selama masa nifas sering terlewatkan oleh pasien dan perawatnya karena dianggap normal dan sebagai bagian dari proses kehaliran bayi. Karena sulitnya memprediksikan wanita yang berada pada populasi umum yang akan berkembang menjadi psikosis puerperalis, dianjurkan untuk menapis seluruh wanita untuk gejala depresi pada masa nifas. Hambatan terbesar dalam mendiagnosis depresi pasca salin adalah pada tingkat klinisi gagal menanyakan adanya gejala-gejala fektif pada wanita masa nifas. (2)
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.

Edinburgh Postnatal Depression Scale
            Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) telah dikembangkan untuk membantu profesional perawatan kesehatan primer untuk mendeteksi ibu yang menderita depresi pasca salin; sebuah distress yang lebih panjang dari blues dan tidak begitu berat dibanding psikosis puerperalis. Studi yang lampau telah menunjukkan bahwa depresi pasca salin mengenai kurang lebih 10% wanita dan masih banyak wanita yang depresi tidak mendapatkan pengobatan. Wanita ini mungkin masih bisa mengurus bayi dan pekerjaan rumah namun kesenangan hidupnya sangat terganggu dan bisa terdapat efek jangka panjang terhadap keluarganya.
            EPDS dikembangkan pada pusat kesehatan di Livingston dan Edinburgh. EPDS terdiri dari 10 pernyataan pendek. Pasien menggarisbawahi salah satu di antara 4 pernyataan yang paling cocok dengan dirinya selama 1 minggu terakhir. Sebagian besar pasien melengkapi pertanyaan ini tanpa kesulitan dalam waktu kurang dari 5 menit. Validasi studi menunjukkan bahwa bila ibu yang memiliki skor di atas ambang 12/13 diperkirakan menderita gangguan depresif dengan berat yang bervariasi. Namun skor EPDS tidak boleh mengesampingkan diagnosis klinik. Penilaian klinis yang teliti harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Skala ini mengindikasikan yang pasien rasakan selama 1 minggu yang lalu dan pada kasus yang meragukan penilaian bisa diulang 2 minggu kemudian.
*      Ganguan Mental Minore Pada Kehamilan Lanjut
Gangguan lanjut mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian yang di alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :
1.                  Depresi
Depresi dapat berupa gejala kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a.       Gejala depresi
*     Sedih
*     Murung
*     tidak ada semangat
*     ingin menyndiri ibu di katakana mnderita gagngguan depresi bila gejala dan tanda yang ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan depresi .
depresi dapat di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
b.factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian histronik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan depresi disbanding ibu yang mempunyai keperibadian antisocial dan paranoid
c.factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di pelajari dari depresi menghubungkan fenomena depersi pada ibu tentang pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
contoh depresi pada ibu saat keamilan lanjut :
*     mood depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di tunjukan oleh adanya rasa sedih, pada ibu
*     berkurangnya minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap aktifitas sehari-hari
*     berkurangnya berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
*     Tidur terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
*     Mengamuk mara-marah atau malas
*     Kesulitan untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
*     Fikiran yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan pada kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a)      usahakan agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b)      kirimkan kedokter / psikiater untuk dapat piƱata laksaanan selanjutnya.
c)      Lakukan usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d)     Mencoba berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang kehamilannya sekarang
Untuk mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu di ambil anamnesa dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya, perkembangan janin dan persalinan.
2.                   Stress
sters dapat mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu memasuki trimester ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata, alas an yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan kecemasan dalam kehamilan
seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
v  Mempercayai anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
v  Menyelenggarakan hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan dapat mudah di lakukan
v  Memberikan penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga peristiwa kehamilan dan persalinan
Sumber stres dapat di golongkan dalam bentuk :
a)      Krisis
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
b)       Frutrasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
c)       Konflik
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
d)     Tekanan
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Akibat dari stress
o   perasaan cemas
o   rasa takut
o   tertekan
o   kehilangan rasa nyaman
o    gelisah
o    Pusing
o   kurang istirahat










BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN


 OSTETRI DAN GINEKOLOGI
Lingkup Patologi Kebidanan

http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/41779_52853309909_3765_n.jpg
Disusun Oleh:

ARISTA SUNINGSIH
CHINTYA DWI RIZKI
DESI SELVINA
AISYAH FATMA ELHARTIN
AMINNURROHMAH ARROZI
ANISA HARSIMAYA
ADRINA DEA PRAMUDITHA
AJIRNII QALIBUN

TINGKAT 1I
(Reguler, Non Reguler I, Non Reguler II)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, dan akan membahas mengenai Lingkup Patologi Kebidanan.
 Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam pemilihan kata maupun penyajiannya. Untuk itu, penyusun mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas saran yang diberikan, penyusun menghaturkan terima kasih.




Bandar Lampung, April 2014


Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN


Patologi Obstetri
Obstetri adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium. Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi, patologi obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal atau fisiologis.


























BAB II
PEMBAHASAN

A. Patologi Kehamilan dan Penatalaksanaannya
1.    Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Yang diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a.    Abortus spontan
Abortus spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk, diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed abortion), dan abortus inkompletus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

2.    Kelainan Tempat Kehamilan ( Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a.    Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Lebih dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau ruptur tuba.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Kehamilan Interstisil
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c.    Kehamilan Abdominal
Menurut perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500 kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    Kehamilan Ovarial
Kehamilan ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
e.    Kehamilan Cervical
Kehamilan cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix. Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa pengguguran.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

3.    Mola Hydatidosa dan Choriocarcinoma
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet (CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY, umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).


4.    Anemia Kehamilan
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

5.    Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan darimorning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

6.    Kehamilan dengan Hipertensi
a.    Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko prematur dan kematian.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
  Preeklamsi
Preeklamsi diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
  Eklamsi
Eklamsi adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

7.    Kehamilan dengan Infeksi
a.    HIV/ AIDS
Human imunnodeficiency virus  adalah retro virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe sel lainnya.
dalam popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child transmission, MTCT) tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah antepartu, dan sampai 20% intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut penularan 5-15%.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Hepatitis
Infeksi virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Gonore/Sypilis
Infeksi Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus, kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    CMV (Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e.    Rubella
Virus penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f.     Herpes
Infeksi yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit. Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan dengan seksio sesaria.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g.    Varicella
Angka kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
h.    Toxoplasmosis
Transisi toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil. Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi spesifik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

8.    Kehamilan Ganda
a.    Kehamilan kembar 2 telur
Atau disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b.    Kehamilan kembar 1 telur
Atau disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
9.    Kelainan Letak
a.    Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas, polohidramnion, plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b.    Letak lintang
Letak lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

10. Perdarahan Antepartum
a.    Solutio Plasenta
Solutio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b.    Placenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Insertio Velomentosa
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
d.    Ruptur Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e.    Placenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
11. Kehamilan Disertai Penyakit
a.    Diabetes Melitus
Diabetes pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga mempengaruhi kehamilan.

b.    Jantung
Jantung. Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c.    Sistem Pernafasan
Tuberkulosis paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma Bronkial. Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan, kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia dan kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik berat, seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan persalinan nantinya.
Bronkitis, Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d.    Sistem Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi. Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai mual dan muntah.
Gingivitis dan epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies gigi. Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan berkurang, mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus dan lambung
Pirosis. Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis erosif. Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada lambung.
Varises esofagus. Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi berat.
Hernia hiatus. Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus.
Ulkus peptikum. Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis. Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait usus halus dan usus besar.
Ileus. Gejala : muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus bunyi logam.
Vulvulus usus. Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat dijumpai pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia. Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis. Jarang terjadi dalam kehamilan.
Kolitis ulserosa. Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid. Yaitu pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar, magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e.    Sistem Hematology
Anemia. Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Iso Imunisasi, yaitu Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat, kemudian anak-anak berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah kelahirannya.
f.     Sistem Perkemihan
Bakteriuria. Dalam kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis akut.
Sistitis. Dalam kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis Akut. Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada kehamilan triwulan III.
Pielonefritis kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin.
Glomeruluonefritis kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma Nefrotik (Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr perhari), edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis (Batu Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber: Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).

12. Kelainan Lamanya Kehamilan
a.    Prematur/ Partus Prematurus
Partus prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 % dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Postmatur/ Partus Serotinus
Yang dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Intra Uterine Growth Death (IUFD)
IUFD adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).


13. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a.    Depresi
Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood   sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood  merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
b.    Psikosa
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
c.    Psikoneora
Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).

14. Kelainan Air Ketuban
a.    KPSW
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Polihidramnion
Air ketuban paling banyak  pada minggu ke 38, sebanyak 1030 cc, pada akhir kehamila tinggal 790 cc  dan terus berkurang sehingga pada minggu ke 43 hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

B.   Patologi Persalinan dan penatalaksanaannya
1.    Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan submukosum.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2.    Distensi Uterus
Distensi uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan  paling sering disebakan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosi.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3.    Parut Uterus
Tidak dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi, terutama di negara berkembang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4.    Seksio Sesarea
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini  dilakukan apabila tidak memungkinkan persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu, seperti gawat janin, atau tulang panggul yang sempit.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5.    Dystocia
Istilah dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan lahir.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
6.    Kerusakan Jalan Lahir Karena Persalinan
a.    Vulva dan Vagina
Robekan pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas, sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
b.    Cervix
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Ruptura Uteri (Robekan Rahim)
Ruptur uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

C.   Patologi Nifas dan penatalaksanaannya
1.    Infeksi Puerpuralis
Infeksi puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a.    Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b.     Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

2.    Perdarahan dalam Nifas
Sebab-sebab :
a.    Sisa plasenta dan plasenta polyp
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b.    Endometritis puerperalis
Perdarahan biasanya tidak banyak.
c.    Perdarahan fungsionil
Dalam golongan ini termasuk :
1.    Perdarahan karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus anovulator dalam nifas.
2.    Perubahan dinding pembuluh darah.
Pada golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d.    Perdarahan karena luka :
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

D. Kegawatdaruratan Obstetrik dan Penatalaksanaannya

Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

1.      Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus perdarahan yang dimaksud di sini adalah perdarahan yang diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptur uteri. Selain keempat penyebab kematian tersebut, masih banyak jenis kasus kegawatdaruratan obstetrik baik yang terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air ketuban, kehamilan ektopik, maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar, syok anafilaktik karena obat dan cidera akbita kecelakaan lalulintas.
Manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
1.      Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak merembes, profus, sampai syok.
2.      Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervagianam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.
3.      Kasus hipertensi dan preeklampsia/eklampsia,dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/ pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/ tidak sadar.
4.      Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi ruptur uteri.
5.      Kasus kegawatdaruratan lain, bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.
Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsip, padad saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat, sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Dalam menanagani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.


1. Vakum Ekstraksi
- Indikasi Ibu
1.                  Kelelahan ibu
2.                  Partus tidak maju
3.                  Toksemia gravidarum
4.                  Ruptura uteri imminens
5.                  Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll. 
- Indikasi Janin
1.                  Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya mekonium.

2. Forsep Ekstraksi

- Indikasi Ibu 
1.                  Kelelahan ibu
2.                  Partus tidak maju
3.                  Adanya edema vulva atau vagina
4.                  Adanya tanda-tanda infeksi
5.                  Indikasi pinard; Kepala sudah di H. IV, pembukaan serviks lengkap, ketuban pecah, 2 jam mengedan janin belum lahir juga
6.                  Toksemia gravidarum
7.                  Ruptura uteri imminens
8.                  Ibu yang tidak boleh lama mengedan seperti; ibu yang menderita vatium kordis, anemia, TBC, asma bronkhial, dll.
- Indikasi Janin
1.                  Gawat janin; Djj menjadi cepat (takikardi), Djj menjadi lambat (bradikardi), adanya mekonium.

3. Sectio Cesarea
- Indikasi Ibu
1.                  Plasenta previa sentralis dan lateralis
2.                  Panggul sempit
3.                  Disproposi sefalo-pelvik
4.                  Ruptura uteri mengancam
5.                  Partus lama
6.                  Partus tak maju
7.                  Distosia serviks
8.                  Pre-eklampsi dan hipertensi.
- Indikasi Janin
1.                  Kelainan letak; Letak lintang, letak bokong, presentasi muka dan dahi, presentasi rangkap.
2.                  Gemelli. 

4. Induksi Persalinan

- Indikasi Ibu
1.                   Hipertensi
2.                  Preeklampsi dan eklampsi
3.                  Ketuban Pcah Dini
4.                  DM pada kehamilan 37 minggu
5.                  Penyakit ginjal berat
6.                  Primigravida tua
7.                  Perdarahan antepartum.
- Indikasi Janin
1.                  Postmaturitas
2.                  IUFDRhesus antagonismus
3.                  Hidroamnion
4.                  Gawat janin. 

5. Embriotomi
- Indikasi Ibu
1.                  Bila ada ancaman keselamatan ibu; Preeklampsi berat dan eklampsi, ancaman robekan rahim, perdarahan yang banyak, adanya tanda infeksi, partus lama, dan ibu sangat lemah.
2.                  Ibu yang tidak boleh mengejan.
3.                  Disproporsi sefalo-pelvik. 
- Indikasi Janin
1.                  Kelainan letak; Letak lintang, presentasi muka dan dahi, presentasi tulang ubun-ubun posterior.
2.                  Pada janin hidup dengan kelainan; Hidrosefalus, anensefalus, hidrops fetalis. 

6. Episiotomi

- Indikasi Ibu
1.                  Primigravida umumnya
2.                  Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
3.                  Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
4.                  Arkus pubis yang sempit
- Indikasi Janin
1.                  Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2.                  Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3.                  Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.

7. Kuretase

- Indikasi Ibu
1.                  Abortus Inklomplitus
2.                  Menometroragia
3.                  Mola Hidatidosa
 - Indikasi Janin
1.                  Dead Conseptus
2.                  Blighted Ova


F. Gangguan Psikologis Dalam Kebidanan Dan Penatalaksanaannya

A.    Pengertian / definisi depresi
            Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
            Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh, suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
*      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
*      Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal
.

B . Gejala-gejala depresi
            Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a)      Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b)      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
c)       Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
d)     Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
e)       Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
f)       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
g)      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
h)      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
i)        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
            Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
            Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
*      Depresi Mayor dalam kehamilan
            Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor.
            Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
*     

Penyebab terjadinya depresi pada kehamilan
            Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik Selain itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut.
            Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
            Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil antara lain:
                                 1.         Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
                                 2.         Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
                                 3.         Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
                                 4.         Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
                                 5.         Sedang menghadapi masalah keuangan
                                 6.         Usia ibu hamil yang terlalu muda
                                 7.         Adanya komplikasi selama kehamilan
                                 8.         Keadaan rumah tangga yng tidak harmoni
                                 9.         Perasaan calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
            Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan, Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
         1.         Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
         2.         Kedua munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
            Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
*     
 Cara Penanganan
            Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
            Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
      Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1)      Fase akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2)      Fase lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
            Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
*      
Depresi Pasca Salin
Gangguan depresif mayor relatif sering terjadi selama masa nifas. Baik studi retrospektif dan prospektif yang berbasis komunitas telah menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin mayor dan minor antara 10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort masa nifas ini relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita nonpuerperal.Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan pertama pasca salin.
*     
 Gejala dan tanda depresi masa nifas
            Biasanya tidak dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang terjadi pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia, insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan. Kadang-kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya. Dalam bentuk yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan disfungsi yang sangat berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka bunuh diri relatif rendah pada wanita yang mengalami depresi selama masa nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
*      
PSIKOLOGIS PUERPERALIS
            Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa masa nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis puerperalis lebih jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000 wanita pasca salin. Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis dalam 48 - 72 jam pasca salin. Sebagian besar wanita yang menderita psikosis puerperalis gejalanya berkembang dalam 2-4 minggu pertama pasca salin.
            Wanita dengan kelainan ini gejala psikotik dan tingkah laku yang kacau sangat menonjol sehingga menimbulkan disfungsi yang bermakna. Psikosis puerperalis menyerupai psikosis afektif yang berkembang cepat dengan gambaran manik, depresif atau tipe campuran. Tanda paling awal adalah kegelisahan yang tipikal, iritabilitas dan insomnia. Wanita dengan gangguan ini secara khas memperlihatkan pergantian yang cepat antara mood yang depresi dan elasi, disorientasi atau depersonalisasi serta tingkah laku aneh. Waham biasanya berkisar pada bayinya termasuk waham bahwa anaknya telah meninggal, anaknya mempunyai kekuatan khusus, atau menganggap anaknya sebagai jelmaan setan atau Tuhan. Halusinasi dengar yang menyuruh ibu tersebut untuk menyakiti atau membunuh dirinya sendiri atau anaknya kadang-kadang dilaporkan. Walaupun banyak pihak berpendapat bahwa penyakit ini berbeda dengan gangguan afektif, namun beberapa peneliti berpendapat bahwa psikosis puerperalis lebih mirip dengan kebingungan atau delirium daripada gangguan mood psikotik nonpuerperalis.
*     
 Penapisan
            Depresi pasca salin berat dan psikosis mudah untuk dikenali, namun bentuk yang lebih ringan atau lebih perlahan munculnya seringkali terlewatkan. Bahkan gejala depresi berat yang muncul selama masa nifas sering terlewatkan oleh pasien dan perawatnya karena dianggap normal dan sebagai bagian dari proses kehaliran bayi. Karena sulitnya memprediksikan wanita yang berada pada populasi umum yang akan berkembang menjadi psikosis puerperalis, dianjurkan untuk menapis seluruh wanita untuk gejala depresi pada masa nifas. Hambatan terbesar dalam mendiagnosis depresi pasca salin adalah pada tingkat klinisi gagal menanyakan adanya gejala-gejala fektif pada wanita masa nifas. (2)
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.

Edinburgh Postnatal Depression Scale
            Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) telah dikembangkan untuk membantu profesional perawatan kesehatan primer untuk mendeteksi ibu yang menderita depresi pasca salin; sebuah distress yang lebih panjang dari blues dan tidak begitu berat dibanding psikosis puerperalis. Studi yang lampau telah menunjukkan bahwa depresi pasca salin mengenai kurang lebih 10% wanita dan masih banyak wanita yang depresi tidak mendapatkan pengobatan. Wanita ini mungkin masih bisa mengurus bayi dan pekerjaan rumah namun kesenangan hidupnya sangat terganggu dan bisa terdapat efek jangka panjang terhadap keluarganya.
            EPDS dikembangkan pada pusat kesehatan di Livingston dan Edinburgh. EPDS terdiri dari 10 pernyataan pendek. Pasien menggarisbawahi salah satu di antara 4 pernyataan yang paling cocok dengan dirinya selama 1 minggu terakhir. Sebagian besar pasien melengkapi pertanyaan ini tanpa kesulitan dalam waktu kurang dari 5 menit. Validasi studi menunjukkan bahwa bila ibu yang memiliki skor di atas ambang 12/13 diperkirakan menderita gangguan depresif dengan berat yang bervariasi. Namun skor EPDS tidak boleh mengesampingkan diagnosis klinik. Penilaian klinis yang teliti harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Skala ini mengindikasikan yang pasien rasakan selama 1 minggu yang lalu dan pada kasus yang meragukan penilaian bisa diulang 2 minggu kemudian.
*      Ganguan Mental Minore Pada Kehamilan Lanjut
Gangguan lanjut mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian yang di alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :
1.                  Depresi
Depresi dapat berupa gejala kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a.       Gejala depresi
*     Sedih
*     Murung
*     tidak ada semangat
*     ingin menyndiri ibu di katakana mnderita gagngguan depresi bila gejala dan tanda yang ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan depresi .
depresi dapat di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
b.factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian histronik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan depresi disbanding ibu yang mempunyai keperibadian antisocial dan paranoid
c.factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di pelajari dari depresi menghubungkan fenomena depersi pada ibu tentang pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
contoh depresi pada ibu saat keamilan lanjut :
*     mood depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di tunjukan oleh adanya rasa sedih, pada ibu
*     berkurangnya minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap aktifitas sehari-hari
*     berkurangnya berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
*     Tidur terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
*     Mengamuk mara-marah atau malas
*     Kesulitan untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
*     Fikiran yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan pada kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a)      usahakan agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b)      kirimkan kedokter / psikiater untuk dapat piƱata laksaanan selanjutnya.
c)      Lakukan usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d)     Mencoba berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang kehamilannya sekarang
Untuk mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu di ambil anamnesa dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya, perkembangan janin dan persalinan.
2.                   Stress
sters dapat mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu memasuki trimester ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata, alas an yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan kecemasan dalam kehamilan
seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
v  Mempercayai anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
v  Menyelenggarakan hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan dapat mudah di lakukan
v  Memberikan penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga peristiwa kehamilan dan persalinan
Sumber stres dapat di golongkan dalam bentuk :
a)      Krisis
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
b)       Frutrasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
c)       Konflik
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
d)     Tekanan
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Akibat dari stress
o   perasaan cemas
o   rasa takut
o   tertekan
o   kehilangan rasa nyaman
o    gelisah
o    Pusing
o   kurang istirahat










BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN


0 komentar:

Posting Komentar

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info